Omicron: Musibah atau Azab?


Kehadiran virus Covid-19 menyebabkan terganggunya sebagian besar aktivitas umat manusia di berbagai penjuru dunia. Negara-negara adidaya yang memiliki kecanggihan dalam dunia kedokteran dan persenjataan superkuat pun tampaknya tidak berdaya dalam menghadapi makhluk supermikro ini. Hal ini bukan tanpa alasan, melainkan saat mereka belum tuntas menyelesaikan satu jenis virus, muncul lagi jenis virus yang baru. Varian terbaru dari virus Covid-19 saat ini adalah Omicron yang sudah terdeteksi di beberapa negara termasuk Indonesia. Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus. WHO juga menetapkan varian Omicron sebagai VOC, yaitu varian virus Covid-19 yang menyebabkan peningkatan penularan serta kematian dan bahkan dapat mempengaruhi efektivitas vaksin. Hal ini tentu menimbulkan kepanikan di tengah-tengah masyarakat. Tak jarang dari mereka yang bertanya-tanya, “Apakah Covid-19 azab atau musibah? Lalu, bagaimana cara mengatasinya?”

Dalam perspektif Al-Qur’an, dikenal dua istilah, yaitu azab dan musibah. Azab ialah siksaan yang ditimpakan kepada para pendosa dan pendurhaka yang melampaui batas dan biasanya ditimpakan kepada kaum kafir namun tidak ditimpakan kepada kaum yang beriman. Sementara itu, musibah ialah ujian yang ditimpakan kepada kaum yang beriman maupun yang kafir. Dengan demikian, kasus Covid-19 ini termasuk ke dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah Swt. kepada para hamba-Nya.

Sebagai hamba Allah Swt., semua manusia yang ada dalam kehidupan di dunia ini tidak akan luput dari berbagai cobaan, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal tersebut merupakan sunnatullah yang berlaku bagi setiap insan, baik yang beriman maupun yang kafir. Allah Swt. berfirman: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’/21:35) Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.”

Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta’ala membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allâh Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinannya ini pula Allâh Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh Allâh Ta’ala dalam firman-Nya: “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs at-Taghâbun/64:11) Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata: “Maknanya: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta’ala, kemudian dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta’ala tersebut, maka Allâh Ta’ala akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Allâh Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.” Inilah sikap seorang Mukmin yang benar dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Meskipun Allâh Ta’ala dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman maupun orang kafir, akan tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, yaitu ketabahan dan pengharapan pahala dari Allâh Ta’ala dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan beratnya musibah tersebut bagi seorang Mukmin.

Pusat Fatwa Elektronik Internasional Al Azhar Mesir mengeluarkan 10 panduan untuk menghadapi pandemi Covid-19 berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw. Panduan ini dikeluarkan seiring dengan meningkatnya kasus varian Omicron di berbagai negara, yang isinya antara lain sebagai berikut.

1.     Menghindari kontak langsung dengan orang yang menunjukan gejala influenza dan siapaun yang mengalami gejala tersebut untuk sementara waktu menghindari bertemu dengan orang-orang terutama di tempat-tempat publik seperti sekolah, pasar, kampus, transportasi umum dan lainnya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad, "Janganlah yang sakit dicampurkan dengan yang sehat." (HR. Bukhari)

2.     Memilih tetap berada dirumah, kecuali ada keperluan atau hajat yang darurat. Dan sungguh, Islam telah memberikan kabar gembiran bagi orang-orang yang tinggal di rumahnya dengan sabar dan ridha dengan qadha Allah Swt. saat terjadinya penyebaran wabah. Kabar gembira tersebut yakni dia akan diganjar pahala seorang syahid bahkan bila meninggal bukan karena terpapar wabah. "Tidaklah orang yang pada saat musim wabah tha’un melanda dan dia berdiam diri di rumah dengan sabar dan berharap pahala kepada Allah, meyakini bahwa dia tidak akan terkena bencana kecuali sesuai dengan apa yang telah tertulis untuknya di lauhul mahfuzh, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang syahid.” (HR Bukhari dan Ahmad)

3.     Mengimplementasikan intruksi kesehatan dan pencegahan yang dikeluarkan otoritas berwenang untuk menjaga jiwa dari bahaya dan kebinasaan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad, "Tidaklah patut seorang mukmin itu menghinakan dirinya. Para shahabat bertanya: Bagaimana dia menghinakan dirinya? Rasulullah SAW. menjawab: Menerjunkan diri pada ujian yang dia tidak mampu menghadapinya." (HR. Tirmidzi)

4.     Sesering mungkin membersihkan tangan dan juga menjaga kebersihan peralatan dan perlengkapan. Sebagaimana sabda Nabi, "Bersuci itu separuh dari keimanan." (HR Muslim)

5.     Menutup mulut atau hidung ketika bersin atau batuk dengan tisu atau lainnya. Ini adalah tuntunan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi bersin, nabi menutup wajahnya dengan tangannya atau pakaiannya dan memelankan suaranya."Sesungguhnya Nabi ketika bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya." (HR. Tirmidzi)

6.     Menghindari meludah di tempat orang lewat dan tempat orang duduk. Meludah sembarangan di tempat umum bisa menjadi dosa karena akan merugikan orang lain dan menyebarkan penyakit. Nabi Muhammad SAW. bersabda: "Meludah di Masjid adalah suatu kesalahan dan kafaratnya adalah dengan memendamnya." (Muttafaq ‘alaih)

7.     Peduli terhadap kebersihan dam jangan membiarkan alat makan dan minum terbuka setelah digunakan. Sabda Nabi: "Tutuplah bejana, tutuplah pintu, dan matikanlah lampu, karena bisa jadi tikus menyeret sumbu lampumu, sehingga menyebabkan rumahmu terbakar."

8.     Tidak meniup makanan atau minuman atau pun peralatan. Sebagaimana sabda Nabi: "Jika minum salah satu diantara kamu maka janganlah bernafas di tempat air minum tersebut." (HR. Bukhari)

9.     Menghindari minum dari wadahnya langsung ketika minuman itu untuk dibagikan juga kepada orang lain. "Nabi Muhammad SAW. melarang minum langsung dari ceret atau teko." (HR Bukhari)

10.  Orang-orang yang bekerja dengan berinteraksi langsung dengan seperti penjual makanan itu harus memperhatikan betul kebersihan. Karena kesehatan manusia itu adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Nabi bersabda, "Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah." (HR Ahmad)" Kemudian, "Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia meninggal dunia dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, kecuali Allah mengharamkannya masuk surga." (Muttafaq ‘alaih)

 Penulis: Nandia dkk, 2022

Daftar Pustaka

Penjelasan WHO tentang Omicron, Varian Baru COVID-19” https://covid19.go.id/p/berita/penjelasan-who-tentang-omicron-varian-baru-covid-19 (Diakses pada 17 Februari 2021)

Damhuri, Elba. 2021. “Covid-19: Azab atau Musibah?" https://republika.co.id/amp/qvhnp2440 (Diakses pada 17 Februari 2022)

Saputra, Andrian. 2022. “10 Panduan Islami Hadapi Covid-19 Varian Omicron Menurut Al-Azhar Mesir” https://www.republika.co.id/berita/r61cg5320/10-panduanislami[1]hadapi-covid19-varian-omicron-menurut-alazhar-mesir (Diakses pada 14 Februari 2022)


Omicron: Musibah atau Azab? Omicron: Musibah atau Azab? Reviewed by AKMI UNTIRTA on April 14, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Photo on Flickr

Diberdayakan oleh Blogger.