Tokoh-tokoh Ulama yang Terlibat dalam Kemerdekaan Indonesia
1. H.O.S. Cokroaminoto
H.O.S Cokroaminoto dikenal dengan kiprahnya sebagai ketua pertama Sarekat islam (SI). Saat itu SI berkembang pesat karena terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim tanpa membedakan strata. Banyak pedagang muslim dan pejuang Indonesia yang tergabung di dalamnya. Hasilnya Belanda sempat naik pitam akibat berdirinya organisasi ini. Oleh Belanda, H.O.S. Cokroaminoto diberi gelar “Raja tanpa Mahkota”.
Sumber Gambar : fisip.unair.ac.id
Haji Oemar Said Tjokroaminoto memiliki dua peran besar dalam sejarah Indonesia. Pertama, sebagai Guru Bangsa. Beliaulah yang menyatukan antara ide nasionalisme dan keislaman, sehingga rumah beliau dijadikan sebagai tempat lahir para pemimpin bangsa, diantaranya para pemimpin bangsa yang pernah berguru kepada H.O.S. Cokroaminoto yaitu Soekarno tumbuh dengan paham nasionalis, Muso, Alimin, Semaoen, dan Tan Malaka berpaham Sosialis, dan Kartosuwiryo berpaham Islamis. Kedua peran terbesar Tjokroaminoto adalah mengonsolidasikan elit baru. Dimana ketika itu elit-elit baru Indonesia itu biasanya datang dari kaum terpelajar dan para pedagang pribumi. elit-elit baru Indonesia yang muncul dari dunia pendidikan ini kemudian dikonsolidasi oleh Tjokroaminoto dalam satu ide tentang Indonesia, sebuah bangsa baru, sebuah negara baru. Sewaktu elit terkonsolidasi dengan baik pada zaman Pak Tjokroaminoto, lahirlah pemimpin-pemimpin baru yang kemudian membawa Indonesia merdeka. Sementara, waktu kaum elit terkonsolidasi pada era Soekarno, kita berhasil mempertahankan kemerdekaan kita. Sewaktu kaum elit terkonsolidasi pada zaman orde baru, lahir sebuah negara moderen yang kuat.
2. K.H Ahmad Dahlan
Muhammad Darwisy atau lebih dikenal KH Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh besar penggagas pergerakan umat Islam di Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, KH Ahmad Dahlan dapat melakukan ibadah haji, dan di Mekah KH. Ahmad Dahlan sangat tertarik dengan ide Jamaludin Al- Afghany tentang gerakan anti imperialisme Barat. Serta reformasi metode dakwah yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh dan Rashid Ridha. Ide pembaharuan ini oleh KH. Ahmad Dahlan dibawa ke Yogyakarta. Dengan begitu KH Ahmad Dahlan disebut sebagai pelopor kebangkitan kesadaran umat Islam.
Sumber Gambar : geotimes.co.id
KH Ahmad Dahlan memulai pergerakannya di Indonesia yaitu Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah sebagai pergerakkan yang memberikan pendidikan ajaran Islam kepada para pemuda Indoneisa. dan KH Ahmad Dahlan juga mendirikan organisasi kewanitaan yang diberi nama "Sopotrisno", kemudian diganti menjadi "Aisyiah" atas usul Haji Mochtar. KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi kewanitaan sebab beliau berpendapat bahwasanya "Dunia ini tidak akan maju secara sempurna apabila wanita hanya tinggal dibelakang saja (dapur)". KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara.
Selain membangkitkan kesadaran akan pendidikan, KH Ahmad Dahlan juga mempelopori ekonomi masyarakat dengan membuat amal usaha sosial. KH Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Beliau ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
3. K.H. Hasyim Asy’ari
Pandangan KH. Hasyim Asy’ari tentang nasionalisme religius sudah diamalkan jauh sebelum proklamasi dikumandangkan. Beliau tidak pernah tunduk kepada penjajah yang menghalangi syariat Islam. Termasuk kepada bangsa sendiri yang berkhianat dan menjadi kaki tangan penjajah.
Pada tahun 1899, KH. Hasyim Asy’ari mulai merintis pesantren Tebuireng di Jombang. Desa Tebuireng merupakan daerah hitam karena dihuni oleh para penjahat; perampok, penjudi, pencuri, dan preman. Pada tahun 1913 ketika polisi Belanda bersama preman memfitnah para santri di pesantren Tebuireng, KH. Hasyim Asy’ari menolak untuk menyerahkan diri. Akibatnya berujung kepada pembakaran pesantren. Namun, KH. Hasyim Asy’ari tidak gentar dan tidak pernah menyerah.
Sumber Gambar : commons.wikimedia.org
Usaha KH. Hasyim Asy’ari untuk meneguhkan Islam di negara jajahan Belanda pada tahun 1937, dibuktikan dengan ikut dalam organisasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Demi menentang Undang-Undang Perkawinan dari Belanda yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Akibat berbagai pertentangan tersebut, pemerintah Hindia Belanda melancarkan berbagai strategi lain termasuk memfitnah dan merayu.
Pendirian Nahdatul Ulama juga tidak terlepas dari kebutuhan akan organisasi Islam yang menyatukan pemikiran dan ikatan persaudaraan dan rasa kekeluargaan yang kuat di antara umat Islam. Awalnya KH. Hasyim Asy’ari khawatir nantinya NU menjadi sebab perpecahan umat dan tidak ingin jabatan apapun agar tidak menodai ibadahnya.
Perjuangan nasionalisme religius KH. Hasyim Asy’ari dalam menegakkan syariat Islam dan mempertahankan kemerdekaan di NKRI ditandai dengan Resolusi Jihad. Ketika Belanda dan sekutu mendarat di Surabaya demi merongrong kembali kedaulatan NKRI. Resolusi Jihad merupakan kontribusi pemikiran dan perjuangan KH. Hasyim Asy’ari demi menegakkan syariat Islam dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Setelah dikumandangkan Resolusi Jihad, maka bergeraklah laskar Sabilillah dan Hizbullah dari berbagai pelosok daerah di Jawa demi mempertahankan kota Surabaya yang dikuasai pasukan sekutu sehingga terjadi perang besar dalam sejarah Perang Dunia II pada 10 November 1945.
4. Buya Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan panggilan Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan politikus yang berasal dari Maninjau, Sumatra Barat. awalnya Buya Hamka aktif terlibat dalam Sarekat Islam (SI) di Padangpanjang tahun 1925. Buya Hamka melihat SI sebagai kekuatan sosial (keagamaan) Islam yang tangguh menghadapi kolonialisme Belanda. Selain aktif di SI ia juga aktif berjuang melawan Belanda saat menjabat konsul Muhammadiyah di Makasar dan Medan tahun 1936.
Sumber Gambar : tamanismailmarzuki.co.id
Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Buya Hamka bergerilya di hutan sekitar Medan. Kiprah Hamka dalam perjuangan nasional sepanjang 1945-1949 kian meningkat berbarengan dengan terjadinya perang revolusi menentang kembalinya penjajah Belanda yang terus kian merebak di seluruh Tanah Air. Tahun 1947, Buya Hamka diangkat menjadi Ketua Barisan Pertahanan Nasional bersama Rasuna Said. Selain itu, ia juga diangkat oleh Bung Hatta sebagai Sekretaris Front Pertahanan Nasional. Keaktifan Buya Hamka dalam perjuangan kemerdekaan dilanjutkan dengan membentuk Badan Pembela Negara dan Kota (BPNK) yang nerupakan barisan perlawanan gerilya terbesar di wilayah Sumatera Barat. Menurut Buya Hamka kemerdekaan diri mestilah bersumber dari tauhid. Kemerdekaan bangsa bisa terwujud jika umat Islam memiliki kemerdekaan diri atas dasar tauhid. Tanpa itu, kemerdekaan bangsa dapat hancur berkeping-keping.
Aktivitas perjuangan Buya Hamka yaitu pada saat Buya Hamka terpilih lewat partai Masyumi sebagai anggota Konstituante pada Pemilu 1955. Meski pada awalnya, ia berjuang menjadikan Indonesia sebagai Negara Islam, ia legowo dan selanjutnya menerima Pancasila sebagai dasar negara dan demokrasi sebagai sistem politik. Di masa Orde Lama pimpinan Presiden Soekarno, Buya Hamka berseberangan. Dan akhirnya di penjara. Meski dipenjara tanpa di siding, dia terus aktif melakukan perjuangan menyampaikan kebenaran. Ketika Orde Baru berkuasa, dia pun tetap memegang teguh integritas sebagai ulama. Dia berseberangan dengan Presiden Soeharto saat mengeluarkan Fatwa Natal yang sangat tidak disukai oleh pemerintah.
5. Moh. Natsir
Moh. Natsir dikenal sebagai pahlawan nasional yang kiprahnya dalam memajukan bangsa ini, khususnya umat Islam, di waktu lampau telah diakui oleh berbagai kalangan. Moh. Natsir tidak hanya dikenal sebagai sosok negarawan, pemikir modernis, mujahid dakwah. Tapi, beliau dikenal juga sebagai seorang aktivis pendidik bangsa yang telah menorehkan episode sejarahnya di Indonesia, sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Baru. Pemikirannya banyak digali dan dijadikan sebagai titik tolak kebangkitan umat Islam dalam berbagai macam bidang. Mohammad Natsir adalah tokoh yang menggagas pembaharuan pendidikan Islam yang berbasis al-Qur’an dan al-Sunnah.
Sumber Gambar : news.detik.com
Mohammad Nasir memulai karir politiknya dengan mendaftarkan diri menjadi anggota Partai Politik Islam (PII) pada tahun 1938. Pada tahun 1940-1942 berkat perjuangannya, ia diangkat sebagai ketua partai cabang di Bandung, ia juga diangkat sebagai abdi negara oleh pemerintah sebagai kepala biro pendidikan kota madya Bandung sampai 1945, sekaligus merangkap sebagai sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Puncak karir politiknya adalah menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), ketua partai Masyumi, Menteri Penerangan, dan juga pernah menjadi Perdana Menteri RI pada pemerintahan Soekarno. Beliau berkiprah dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mosi integral. Pada tahun 1950 Natsir mengangkat mosi pada sidang parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) yang dikenal dengan mosi integral Natsir.Mosi ini adalah menyatukan republik Indonesia yang telah terpecah belah menjadi beberapa negara bagian, ini sebagai akibat dari Konferensi Meja Bundar (KMB), kemudian kembali kepada pangkuan negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena mosi inilah, kemudian ia dapat tampil pada puncak pemerintahan.
Berbicara tentang hubungan Islam dan negara, M.Natsir menjadi pembela utama dalam paham penyatuan agama dan negara. Bagi Natsir, Islam tidak hanya terdiri dari praktik-praktik ibadah, melainkan juga prinsip-prinsip umum yang relevan untuk mengatur hubungan antara individu dan masyarakat. Natsir menegaskan Islam dan negara adalah dua entitas relegio-politik yang menyatu. Urusan kenegaraan pada pokoknya dan pada dasarnya adalah satu bagian yang tak dapat dipisahkan dari Islam, lain halnya dengan Soekarno yang menginginkan pemisahan agama dari negara, karena memandang agama merupakan urusan spiritual dan pribadi, sedangkan masalah negara adalah persoalan dunia dan kemasyarakatan. Pada tahun 1940-an Natsir pernah terlibat polemik dengan Soekarno, tentang agama dan negara. Soekarno menyatakan bahwa agama harus dipisahkan dari negara. Akan tetapi, bagi Natsir, pemikiran Soekarno itu keliru, ia menilai gagasan pemisahan agama dari negara yang dikemukakan Soekarno merupakan menyimpangan (distorsi) sejarah Islam. Natsir, berkeyakinan bahwa dalam sejarah Islam tidak pernah dikenal adanya paham pemisahan agama dari negara.
perjuangan politik M.Natsir berakhir pada tahun 1960, setelah ia dijebloskan ke penjara oleh Soekarno. Baru setelah runtuhnya Orde Lama dan digantikan oleh Orde Baru, pada tahun 1966, M.Natsir dibebaskan oleh Soeharto. Mulai saat itulah M.Natsir mengubah gerakannya dari gerakan politik kepada gerakan dakwah. Pada 6 Mei 1967 dibentuklah lembaga dakwah yangdiberi nama Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII). Lembaga ini dibentuk dengan tujuan untuk mendorong, memperbaiki, dan mengembangkan dakwah Islamiah di Indonesia dengan dasar takwa dan keridhaan Allah SWT. Melalui lembaga DII tersebut Moh Natsir mengembangkan dakwah Islamiah dengan tiga pilar penting, yaitu masjid, pondok pesantren, dan kampus.
6. K.H. Wahid Hasyim
Peran langsung kyai Wahid semasa hidupnya, baik ketika sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pertama, pada tahun 1935, ia mendirikan madrasah Nizamiyah di pesanten Tebuireng. Pada masa itu, madrasah yang ia dirikan bercorak modern karena pembelajarannya memuat pada mata pelajaran pendidikan Eropa. seperti bahasa Inggris, Belanda, ilmu hitung dan lain-lain. Selain itu, pendidikan juga harus dilengkapi dengan penanaman spirit nasionalisme. Meskipun pada prinsipnya, tradisi keilmuan salaf harus tetap dipertahankan untuk menjaga identitas pendidikan pesantren. Kedua, tahun 1938, KH Wachid Hasyim ikut aktif di kepengurusan Ma’arif PBNU.
Sumber Gambar : id.wikipedia.or
Di tempat pengabdian yang baru ini, kyai Wahid banyak melakukan
reorganisasi terhadap pendidikan madrasah di bawah naungan NU di seluruh
Indonesia, dengan memberikan pelajaran-pelajaran seperti di madrasah
nizamiyah yang ia dirikan sebelumnya. Ketiga, setelah menjadi menteri
agama pada masa pemerimtahan RIS (Republik Indonesia Serikat), kyai
Wahid mulai melakukan langkah positif, yaitu dengan memasukkan pelajaran
agama di sekolah negeri, mengajarkan pelajaran umum di sekolah madrasah
dan ia mendirikan perguruan tinggi Islam negeri di bawah kementrian
agama.
Demikian, penjelasan beberapa tokoh ulama yang sangat berjasa untuk Indonesia, dengan melakukan berbagai upaya untuk membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Penulis : Siti Badriah/AKMI
Editor : Rafif/AKMISumber :
https://www-dakwatuna-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.dakwatuna.com/2015/04/17/67416/dua-peran-besar-tjokroaminoto-dalam-sejarah-indonesia/amp/?amp_js_v=a3&_gsa=1&
usqp=mq331AQFKAGwASA%3D#aoh=15970214935970&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
http://bieta12.blogspot.com/2011/07/kh-ahmad-dahlan-dan-peranannya-untuk.html?m=1
http://mesinsampingcoy.blogspot.com/2017/12/peran-dan-sejarah-perjuangan-kh-hasyim.html?m=1
http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/601.html
http://www.takanta.id/2017/10/kh-wahid-hasyim-perjuangan-dan.html?m=1
https://zenodo.org/record/2636223/files/02%20M.%20Natsir%20Edited%20jadi.pdf?download=1
Tidak ada komentar: