Keteladanan dari Siti Hajar
Berbicara mengenai Siti Hajar ia adalah seorang istri dari Nabi Ibrahim Alaihi salam dan ibunda dari Nabi Ismail Alaihi salam. Siti hajar merupakan sosok perempuan yang penuh kasih sayang, sabar dan kokoh imannya walaupun cobaan datang menerpa. Banyak sekali keteladanan yang dapat dicontoh dari sosok ibunda Siti Hajar khususnya untuk para Muslimah.
Lantas keteladanan apa saja sih yang dapat kita contoh dari sosok Siti Hajar ini?
Pertama, keikhlasan. Hajar Al-Mishriyyah adalah budak yang dihadiahkan
Raja Mesir untuk Sarah yang merupakan istri pertama dari Nabi Ibrahim
a.s. Hadiah ini diberikan karena kekaguman Raja Mesir atas keshalihahan
Sarah. Hari demi hari berlalu umur Sarah pun semakin menua, namun ia
belum bisa memberikan keturunan, maka ia pun meminta kepada Siti Hajar
untuk menjadi istri kedua dari Nabi Ibrahim, agar Siti Hajar bisa
memberikan keturunan kepada Nabi Ibrahim a.s.
Setelah kelahiran dan
kehadiran Ismail timbullah rasa cemburu di dalam hati Sarah, lalu ia pun
meminta Nabi Ibrahim a.s untuk membawa hajar dan ismail ke negeri lain.
Nabi Ibrahim a.s menuruti permintaan Sarah lalu membawa Siti Hajar dan
Ismail ke Makkah. Itulah keihklasan dari Siti Hajar dan Sarah,
keikhlasan Sarah untuk merelakan Nabi Ibrahim dan Keikhlasan Siti Hajar
untuk menjauh dari Sarah untuk menjaga rasa cemburu Sarah.
Kedua,
tawakal. Setibanya Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail di Makkah,
kemudian Nabi Ibrahim menempatkan Siti Hajar dan Ismail disuatu tempat
dekat dengan pohon besar saat ini tempat tersebut menjadi Baitullah,
saat itu tidak ada seorang pun dan tidak ada makanan serta minuman di
sana, Nabi Ibrahim hanya membekali kurma dan geriba air saja untuk
keduanya.
Setelah itu Nabi Ibrahim pun bergegas pergi dan
meninggalkan keduanya. Lantas Siti Hajar pun bertanya kepada Nabi
Ibrahim A.s “Hai Ibrahim, hendak ke mana engkau pergi dan meninggalkan
kami di lembah tanpa teman atau apapun di sini?” namun Nabi Ibrahim
tidak menjawab dan tak menoleh. Siti Hajar kemudian mengulangi
pertanyaan tersebut sampai tiga kali dan respon yang diberikan Nabi
Ibrahim pun tetap sama seperti saat ia pertama kali melontarkan
pertanyaan. Lantas Siti Hajar pun bertanya kembali kepada Nabi Ibrahim
dengan pertanyaan yang berbeda “Allah kah yang menyuruhmu untuk
melakukan Hal ini?” Nabi Ibrahim pun menjawab “Ya.” Mendengar pernyataan
tersebut Siti Hajar terdiam dan berkata “Kalau memang seperti itu,
Allah tak akan menelantarkan kami, Dia akan menjaga kami.”
Nabi
Ibrahim pun melangkah meninggalkan keduanya dengan hati yang sangat
berat. Setelah tiba di Tsaniyah, Nabi Ibrahim sudah tak dapat melihat
Siti Hajar dan Ismail, ia pun memanjatkan do’a kepada Allah “ Ya Rabb
kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.” (QS. Ibrahim : 38).
Dari peristiwa tersebut dapat dilihat
bahwa sosok Siti Hajar merupakan seorang yang tawakal kepada Allah dan
yakin atas pertolongan Allah. Walaupun sangat berat ujian yang ia hadapi
tetapi ia terus bersandar dan berserah diri serta yakin kepada Allah
bahwa Allah tidak akan menelantarkan hambanya.
Ketiga, gigih dan
pantang menyerah. Setelah perbekalan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim
sudah habis, Siti Hajar menatap Ismail yang tengah kehausan. Karena tak
tega melihat anaknya yang kehausan ia pun mendekati bukit Shafa, bukit
yang paling dekat dengan keberadaan mereka saat itu. Ia melihat kesana
dan kemari tidak ada orang, fatamorgana pun timbul, seakan-akan ia
melihat air di kejauhan kemudian ia turun dari Bukit Shafa menuju Bukit
Marwah yang ada di seberangnya sambil berlari-lari kecil. Namun
setibanya di Bukit Marwah ternyata tidak ada air. Ia berbolak balik
sambil berlari-lari kecil antara dua bukit tersebut sampai tujuh kali.
Pada saat lelah yang luar biasa dan ismail yang menangis pada
gendongannya, ia meletakkan Ismail di tanah, Ismail menghentak-hentakkan
kakinya ke tanah, kemudian keajaiban sumur zam-zampun terjadi, bekas
hentakkan kaki mungil ismail ke tanah keluarlah air yang tak berhenti
mengalir hingga saat ini.
Kemudian Siti Hajar meminum air zamzam dan menyusui ismail. Beberapa saat kemudian kanilah dari Bani Jurhum melintas, mereka mendekati Hajar yang sedang berada di dekat mata air Zamzam. Lantas merekapu meminta izin pada Siti Hajar untuk singgah di tempat tersebut. Mereka pu menetap dan Makkah menjadi perkampungan.
Keempat, teladan dalam mendidik anak. Siti Hajar membesarkan Ismail hanya seoang diri namun Siti Hajar mampu memberikan Pendidikan karakter kepada anaknya. Saat Ismail diminta untuk disembelih oleh ayah nya sendiri , ismail sangat ikhlas dan yakin, sikap tersebut merupakan buah dari proses tarbiyah ibunya.
Perintah penyembelihan Nabi Ismail As tersebut tertuang dalam firman Allah dalam QS. Ash-shafat :101-102 “ Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka fikirkanlah pendapatmu!”
Ia menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; in shaa allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar.”
Semua sifat terpuji yang dimiliki oleh Ismail tidak lepas dari peran Siti Hajar yang telah mendidiknya, sedari kecil Ismail sudah ditanamkan difat tawakal oleh ibunya.
Mendengar jawaban dari Ismail tersebut Nabi Ibrhim berkata “Mohonlah pertolongan kepada Allah, wahai anakku. Sesungguhnya engkau sedang menjalankan perintah Allah.”
Kemudian turunlah pertolongan Allah sebagai tebusan Ismail berupa seekor kambing yang besar. Dan allah memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih hewan tersebut. Maka diturunkanlah perintah kurban untuk umat islam di setiap Idul Adha, untuk meneladani keluarga Ibrahim dan agar umat islam paham bentuk pengorbanan untuk meraih ridha Allah.
Begitulah teladan yang dapat dipelajari dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dari sosok Siti Hajar, seorang Muslimah yang taat pada Allah, seorang istri yang taat pada suaminya karena Allah serta seorang ibu yang tak kenal lelah dalam membesarkan serta mendidik anak dengan penuh kasih sayang agar anaknya mencintai Allah dan ridha dengan ketetapan Allah.
Penulis : Siti Oktaviani/AKMI
Editor : Rafif/AKMI
Sumber :
1. SUARAISLAM.id
2. https://kuninganmass.com/anything/netizen-mass/peran-siti-hajar-sering-terlupakan/
Tidak ada komentar: