Teladan di Balik Berkurban
Hari Raya Kurban atau yang kerap disebut dengan Idul adha adalah hari besar yang diperingati oleh seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Hari Raya Kurban dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijah yang identik dengan penyembelihan hewan ternak. Tahukah kamu mengapa umat Islam diperintahkan untuk berkurban? Untuk menjawab rasa penasaranmu, berikut ulasan sejarah dari Iduladha yang bisa kamu ambil hikmahnya.
Sumber Foto: Reuters. Menyembelih harus dengan satu sayatan saja.
Kelahiran dan Masa Kecil Nabi Ismail
Sejarah Hari Raya Iduladha ini dilandaskan dari ketabahan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Hari itu, Nabi Ibrahim a.s. berdoa dengan sangat khusyuk meminta pertolongan kepada Allah Swt. Dalam doa tersebut Nabi Ibrahim a.s. memohon untuk diberikan seorang anak yang baik hati dan juga Soleh. Dengan segala kebesaran-Nya, doa Nabi Ibrahim a.s. akhirnya terkabul.
Istri kedua Nabi Ibrahim a.s., Siti Hajar dikarunia Allah untuk hamil. Dari rahim wanita Solehah tersebut, lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail, yang nantinya diangkat oleh Allah Swt. Menjadi seorang nabi.
Ketika Nabi Ismail a.s. masih bayi, Nabi Ibrahim a.s. mendapat perintah dari Allah untuk membawa istri dan anak yang sangat disayangi tersebut ke sebuah lembah yang tandus dan tidak ada pepohonan. Selain gersang, di lembah tersebut juga tidak ditemukan penghuni lain sehingga sangat sunyi. Baik Nabi Ibrahim a.s. maupun istrinya tidak mengetahui secara pasti apa maksud perintah tersebut. Walaupun demikian, mereka tetap menjalankannya dengan penuh rasa ikhlas dan tawakal semata-mata karena Allah Swt.
Suatu waktu, Siti Hajar kehabisan persediaan air minum yang menyebabkannya tidak mampu lagi untuk menyusui Nabi Ismail a.s. Siti Hajar berlari-lari kecil (sai) di antara Bukit Sawa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali untuk mencari air demi bertahan hidup. Kemudian datanglah pertolongan Allah Swt. melalui mata air Zamzam yang masih ada hingga kini.
Wahyu untuk Menyembelih Nabi Ismail
Hari demi hari Nabi Ismail a.s. tumbuh menjadi seorang anak dengan kepribadian baik, Sholeh, dan penyabar. Sifat-sifat tersebut seolah menurun langsung dari kepribadian sang Ayah, yaitu Nabi Ibrahim a.s.
Suatu malam, Nabi Ibrahim a.s. mendapatkan mimpi yang berupa wahyu dari Allah Swt. Di mimpi tersebut Nabi Ibrahim a.s. diperintah untuk menyembelih anak laki-lakinya, yaitu Nabi Ismail a.s. Mimpi yang sama ini datang selama 3 kali berturut-turut. Dengan penuh rasa tawakal, Nabi Ibrahim a.s. menceritakan seluruh mimpinya kepada Nabi Ismail a.s. Nabi Ismail a.s. ditanya bagaimana pendapatnya terkait perintah Allah Swt. tersebut. Kesabaran Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. diuji dengan sangat berat dalam kejadian ini.
Nabi Ismail a.s. setuju dengan rencana besar sang Ayah untuk menjalankan proses penyembelihan. Tanpa ragu, Nabi Ismail a.s. yakin bahwa ini semata-mata bertujuan untuk menjalankan perintah dari satu-satunya Zat Yang Maha Kuasa. Setelah mendapatkan kesepakatan, Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama proses penyembelihan. Setelah semuanya tersedia, Nabi Ibrahim a.s. berdoa dengan khusyuk meminta kekuatan kepada Allah Swt.
Nabi Ibrahim a.s. mengikat tangan dan juga kaki Nabi Ismail a.s. kemudian membaringkannya di atas sebuah lantai. Dengan berlinang air mata, Nabi Ibrahim a.s. mencoba menyembelih menggunakan sebilah parang tajam yang telah diasah. Parang tajam yang mengenai Nabi Ismail a.s. terus terpental dan sama sekali tidak melukainya. Kemudian Nabi Ismail a.s. meminta sang Ayah untuk melepas ikatan untuk mempermudah proses penyembelihan. Tetapi tetap saja parang tajam tersebut tidak mampu untuk menyembelih Nabi Ismail a.s.
Buah Kesabaran Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. sebagai Momen Hari Raya Kurban
Nah, dari kisah di atas tersebut dapat kita ketahui bersama bahwa Allah Swt. Memerintahkan umat Islam untuk berkurban adalah sebagai bentuk keteladanan kita terhadap ibrah Nabi Ibrahim a.s. bersama keluarganya yang senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt. Dalam menjalankan kewajiban dan juga perintah-Nya, bahkan untuk menyembelih anaknya sekalipun. Berkurban juga tidak hanya sebagai bentuk keteladanan terhadap Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya, melainkan juga sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah Al-Kautsar ayat 2 berikut ini :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”
Setelah kita mengetahui alasan dan hikmah di balik perintah berkurban. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari peristiwa bersejarah di Hari Raya Idul Adha ini dengan terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Dan juga dapat menunaikan Ibadah Kurban. Aamiin Ya Rabbal’Alamiin.
Penulis : Imas Permatasari/AKMI
Editor : Rafif/AKMISumber :
https://blog.kitabisa.com/hari-raya-qurban-sejarah-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail/
Teladan di Balik Berkurban
Reviewed by AKMI Untirta
on
Juli 30, 2020
Rating:
Tidak ada komentar: