10 Konsep Kepribadian Muslim (Muwashafat Tarbiyah)
Oleh : Ruliyanti
Dalam menentukan kepribadian seseorang kita hanya bisa melihat dan menilai dari sisi luarnya saja. Sehingga bagi mereka yang menilai, kepribadian seseorang muncul dari tempat dimana dia tumbuh, dengan siapa dia di asuh, dan bagaimana prilaku orang-orang yang mengasuhnya. Dalam konteks ini mungkin bisa di ambil pengertian secara umum. Namun, kepribadian seseorang dapat terlihat ketika ia sudah bisa mengetahui apa yang harus dia ambil, pelajari, dan memahami. Kemudian ia bisa menerapkan dikehidupan sehari-harinya, baik terhadap diri sendiri maupu kepada orang lain.
Sama halnya dengan persepsi masyarakat tentang pribadi muslim yang berbeda-beda, bahkan banyak pemahaman yang sempit, seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah (Al- Hadits) merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Kepribadian muslim haruslah berkepribadian yang sholih secara individual (ahli ibadah) maupun sosial yang dijiwai semangat al-quran dan al-hadits. Artinya kepribadian muslim yang aktif dan responsif bekerja untuk menegakkan agama, membangun umat dan menghidupkan kebudayaan peradaban islam.
Inilah 10 konsep kepribadian muslim (Muwashafat Tarbiyah) yang dapat menjadi sebuah acuan untuk menjadi pribadi muslim yang berdasarkan al-quran dan al-hadits.
1. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih/Good Faith)
Salimul aqidah (aqidah yang bersih/good faith) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat k epada Allah SWT. dan dengan ikatan yang kuat itu, dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya : “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am/6:162).
Rasulullah SAW. Dalam melakukan dakwahnya kepada para sahabat di makkah selalu mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid. Karena beliau memiliki aqidah yang salim dan merupakan sesuatu yang amat penting dalam menyebarkan ajaran islam juga penting bagi setiap individu untuk memiliki aqidah tersebut.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul Ibadah (ibadah yang benar) merupakan salah satu perintah Rasulullah Saw yang penting, dalam satu haditsnya, beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dalam hadits ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk/mengikuti (ittiba’) kepada sunnah Rasulullah Saw yang berarti tidak boleh ada unsur menambahkan ataupun mengurangi.
Agar ibadah shalat berlangsung secara benar dan sempurna maka seorang muslim hendaklah memahami seluk-beluknya, dimulai dari memahami tata cara taharah dan syarat rukun shalat.
3. Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh)
Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Sangatlah penting memiliki akhlak yang mulia bagi setiap umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4).
Jadi, cara mencapai kesempurnaan akhlak tiada lain hanya satu, yaitu menghias diri dengan seluruh sifat Rasulullah, mengikuti manhajnya, istiqomah dengan segala petujuknya, dan mempersiapkan dan mematangkan segala hal untuk mengikuti hidup Rasulullah.
4. Qowiyyul Jismi (Kekuatan jasmani)
Qowiyyul Jismi (Kekuatan jasmani) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan mencegah dari penyakit jauh lebih utama daripada mengobati. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu terkadang terjadi.
Kekuatan jasmani tidak hanya badan dan otot yang kuat saja, tetapi seorang muslim haruslah melatih dirinya untuk mengeluarkan segala potensi terpendam dalam diri sebagai amanah dari Allah sang pencipta. Untuk mengerjakan ketaatan-ketaatan yang diridhoi oleh Allah , dan yang paling utama adalah berjihad, serta melaksanakan semua ketaatan itu di jalan Allah saja. Karena kekuatan jasmani termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim).
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berpikir)
Mutsaqqoful fikri (intelek dalam berpikir) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan tanpa berpikir secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Apabila seorang muslim tidak memiliki akal atau pengetahauan yang luas, dapat di bayangkan akan terjadi seperti apa tanpa berpikir secara matang terlebih dahulu, Semakin banyaknya perbuatan-perbuatan menyimpang yang akan terjadi.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).
Seseorang yang memiliki pribadi mutsaqqaful fikri dalam setiap urusannya hanya mengikuti perintah rabb-nya dan mengikuti rasul-nya. Dan memanfaatkan waktunya untuk mengumpulkan bekal amal, mencari harta yang halal untuk kehidupannya dan bersenang-senang pada hal yang tidak diharamkan.
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, dan bisa mengendalikan diri atau menahan hawa nafsu. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya..
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk mengatur waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazzamun fi Syu’nihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazzamun fi Syu’nihi (teratur dalam suatu urusan) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional atau bersungguh-sungguh sehingga apapun yang dikerjakannya akan lebih mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Allah SWT. Telah memberikan rezeki setiap manusia, namun kembali lagi terhadap individu tersebut dengan apa ia akan mengambil rezeki itu. Oleh karena itu setiap individu harus memiliki kemampuan atau skill untuk bekerja.
10. Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat untuk orang lain)
Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat untuk orang lain) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
10 Konsep Kepribadian Muslim
Reviewed by AKMI Untirta
on
Juli 14, 2019
Rating:
We solely advocate real cash casinos that implement the strictest, up-to-date security protocols. All your data could be shared means of|by means of|by the use of} a 128-bit SSL encryption which is a measures that banking institutions additionally take. Payment methods accepted by the on line casino use associated experience to protect all 1xbet knowledge being handed from one web site to a special. That mentioned it’s advisable to use a powerful password on all of your accounts to verify your complete safety. Many casinos these days anticipate their gamers to deposit and withdraw with the same price method.
BalasHapus